BANDA ACEH - Program biogas dari kotoran sapi yang dilaksanakan Pemerintah Aceh melalui Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mendapat respons positif dari masyarakat miskin, terutama yang memelihara ternak sapi.
“Kami minta kepada Dinas ESDM Aceh bisa meneruskan program penyaluran bantuan alat biogas kotoran sapi ini kepada penduduk miskin di Aceh,” pinta Boimin, penerima bantuan alat biogas asal Desa Paya Meta, Aceh Tamiang kepada Kepala Dinas ESDM Aceh, Ir Mahdinur saat meninjau lokasi proyek itu di Aceh Tamiang, Sabtu (1/12).
Boimin mengatakan, di desanya banyak penduduk miskin yang memelihara sapi milik sendiri maupun milik orang lain dengan sistem mawah (gadai). Jumlah, sapi yang dipelihara setiap warga, sebutnya, antara 5-7 ekor. Jumlah sebanyak itu, ulasnya, sudah cukup untuk dijadikan sumber bahan baku biogas.
“Hanya saja, warga miskin yang memelihara sapi banyak yang belum mendapatkan bantuan peralatan biogas. Karena itu, mereka berharap progran penyaluran bantuan alat biogas kotoran sapi bisa dilanjutkan,” ucapnya.
Jika memiliki alat biogas, terang Boimin, warga tersebut tidak perlu lagi membeli gas elpiji 3 kg. Karena dari kotoran sapi itu sudah bisa menghasilkan biogas untuk keperluan memasak satu sampai 2 hari.
Harapan serupa disampaikan peternak miskin dari Desa Paya Bili 2, Aceh Timur, Hermanto. Ia menyebutkan, jumlah peternak sapi yang menerima bantuan alat biogas di Aceh Timur sekitar 16 orang, sedangkan penduduk miskin yang pelihara ternak sapi di Desa Paya Bili saja, lebih dari 30 orang.
Ungkapan hampir senada juga dilontarkan penerima alat bantuan biogas dari Pidie Jaya (Pijay) dan Pidie. Penduduk miskin pemelihara ternak sapi di dua daerah itu juga mengaku sangat berharap program penyaluran bantuan alat biogas tersebut dapat dilanjutkan pada tahun depan.
Sementara itu, menanggapi permintaan penduduk miskin pemelihara ternak sapi di empat kabupaten di Aceh, Kepala Dinas (Kadis) ESDM Aceh, Ir Mahdinur, didampingi Pejabat Pelaksana Kegiatan (PPK) Fadli, mengatakan, program penyaluran peralatan biogas kotoran ternak (sapi/kerbau dan lainnya) berawal dari program Kementerian ESDM. Program itu dilaksanakan melalui sumber dana alokasi khusus (DAK) kementerian tersebut.
Pada tahun 2017, ujar Mahdinur, program itu dilaksanakan hanya di Aceh Timur untuk 16 titik lokasi. Tahun 2018, daerahnya bertambah menjadi empat kabupaten, yaitu Aceh Timur 16 lokasi, Aceh Tamiang 30 lokasi, Pidie 13 lokasi, dan Pidie Jaya 40 lokasi. “Semua lokasi yang dibangun tempat pengolahan biogas, seluruhnya sudah fungsional dan penerimanya sangat senang dan bahagia,” ujar Mahdinur.
Dia menerangkan, program pembuatan peralatan biogas untuk bahan bakar memasak di dapur dilaksanakan Kementerian ESDM guna membantu masyarakat miskin yang punya ternak agar memanfaatkan kotoran ternaknya menjadi sumber bahan biogas bagi keperluan memasak.
“Dengan ada peralatan biogas, mereka bisa memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan baku pembangkit biogas untuk memasak di dapurnya. Sehingga, ketergantungan bahan bakar elpiji 3 kg bisa berkurang,” ucapnya.
Hasil evaluasi sementara, beber Mahdinur, pelaksanaan program tersebut sudah berjalan maksimal di Aceh. Buktinya, respons warga sangat positif, bahkan banyak penduduk miskin yang memelihara sapi minta diberikan alat tersebut.
Namun begitu, ungkapnya, pada tahun depan program penyaluran bantuan peralatan alat biogas itu belum muncul dari Kementerian ESDM. “Kalau nanti programnya sudah muncul pada awal Januari 2019, kita akan mempublisnya kepada publik untuk pelaksanaan programnya,” pungkas Mahdinur.
.
.
Judul: Program Biogas Direspons Positif
Penulis: Bakri
Sumber: aceh.tribunnews.com