.
Pasuruan, CNBC Indonesia- Dari luar, penampakan Pondok Pesantren Al-Yasini di Pasuruan, Jawa Timur, terlihat sama saja dengan pesantren lainnya. Ada mesjid, asrama, ruang-ruang sekolah, dapur dan kantin, serta aula.
Santri-santrinya juga sama seperti santri kebanyakan, yang pria bersarung dan berpeci, santri perempuan berjilbab panjang menutup dada. Keduanya juga beraktivitas terpisah, sesuai ajaran yang diyakini.
Lalu di mana bedanya?
Perbedaannya terletak di bawah tanah. Bukan artinya pondok ini punya ruang bawah tanah seperti jagoan di film-film superhero, tapi sejak Oktober 2017 pondok ini memiliki seperti bak terpendam sedalam 25 meter yang menampung kotoran manusia untuk dijadikan sumber energi, yang dalam istilah teknis biasa disebut dengan instalasi pengolahan biogas.
Biogas adalah salah satu sumber energi terbarukan, yang untuk memproduksinya dilakukan melalui proses fermentasi kotoran manusia atau hewan. Proses fermentasi ini nantinya akan menghasilkan gas yang bisa dimanfaatkan untuk memasak, atau bahkan penerangan.
Nah, di pesantren ini yang dimanfaatkan adalah kotoran dari para santri.
.
.
.
Pondok yang dipimpin oleh Kh Mudjib Imron ini setidaknya memiliki 3.000 santri. Jumlah ini sebelumnya jadi masalah bagi pengelola pondok, apalagi dengan fasilitas kamar mandi terbatas. Mulai dari antrian mandi mengular yang bikin para santri telat, produksi limbah yang besar, dan lainnya.
Tetapi, dengan pemasangan biogas ini malah jadi berkah untuk pondok tersebut.
"Dari limbah jadi alhamdulillah," ujar KH Mudjib Imron, di acara peresmian biogas komunal di pesantrel Al-Yasini, Sabtu (7/4/2018).
Instalasi biogas ini dipasang oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang memang lagi gencar program biogas komunal. Digagas sejak 2015, setidaknya kini terdapat 17 pesantren yang menggunakan biogas sebagai sumber energi di seluruh Indonesia.
"Ini menggunakan dana APBN, yang diutamakan untuk pembangunan yang berdampak langsung pada masyarakat," kata Menteri ESDM Ignasius Jonan.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi ESDM Rida Mulyana memaparkan, instalasi biogas ini terdiri dari 50 unit wc, tersambung dengan tempat pembuangan yang sudah dirancang untuk menghasilkan biogas seperti digester biogas dengan kapasitas 2x12 meter kubik tipe fixed dome beton, instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas 180 meter kubik.
"Selain itu ada juga emapt unit kompor biogas untuk dimanfaatkan dan juga dua unit lampu biogas," kata Rida.
Untuk memasang semua itu, investasinya diperkirakan kurang dari Rp 1 miliar. "Kalau seperti ini sekitar Rp 900 juta, tergantung banyak atau besar unitnya," jelasnya.
Dari 3.000 santri itu, ternyata bisa menghasilkan sebanyak 81 meter kubik gas per bulan. Ini setara dengan 12 tabung LPG tiga kilogram per bulan.
"Dari limbah jadi alhamdulillah," kata Rida.
Menurut pengelola pesantren, dampak dari instalasi ini berkesinambungan untuk operasional. Selain antrian kamar mandi yang berkurang drastis, pesantren juga bisa lebih efisien.
"Energi baru ini memang paling cocok untuk pesantren, ke depannya jika diizinkan juga ingin coba memasang pembangkit listrik dari matahari," kata KH Mudjib.
.
.
Judul: Di Pesantren Ini, Kotoran Manusia Jadi Sumber Energi
Penulis: Gustidha Budiartie
Sumber: CNBC Indonesia